RUANG DAN WAKTU
Bagi mereka yang memahami teori ruang-waktu agaknya bisa mengerti keberadaan dimensi ruang-waktu yang tak terpisahkan itu.
Memang,jauh lebih mudah membayangkan dimensi ruang ‘disana-disini-disitu’ secara bersamaan,daripada membayangkan waktu ‘dulu-sekarang-nanti’ yang eksis sepaket.
Dalam dimensi ruang,ketika Kita berdiri ‘disini’,maka Kita langsung bisa mengerti jika dikatakan ‘disana’ dan ‘disitu’ terjadi bersamaan. Bahkan Kita bisa menunjuk dengan jari telunjuk tentang posisi yang berbeda. Sangat berbeda dengan dimensi waktu yang jauh lebih abstrak.
Realitas alam semesta ini ibarat sebuah ‘kanvas peristiwa’ yang terbuat dari dimensi ruang dan waktu. Dimana sang kanvas tidak berhenti alias statis,melainkan dinamis seiring terjadinya peristiwa itu sendiri. Dan terbentuk oleh waktu yang bergerak ke masa depan,seiring volume semesta yang mengembang,dan kemudian mengerut kembali.
Setiap peristiwa adalah sedang dimulai,sedang dijalani,sedang diakhiri oleh setiap orang yang menempuh sejarahnya masing-masing. Tetapi,karena setiap orang harus melewati dimensi waktu secara berurutan,semua peristiwa itu tampak‘seakan-akan serial’. Padahal semua peristiwa itu sudah eksis di alam semesta ‘secara paralel’.
Intinya adalah: Setiap orang memiliki peluang untuk membangun sejarah masing-masing secara berbeda di dalam ruang dan waktu yang sudah ada.
Faktor utama pada setiap orang berada pada kehendak bebasnya. Tetapi,harus diingat,ia hanya bisa berjalan diantara stasiun-stasiun peristiwa yang sudah ada di dalam dimensi ruang-waktu. Sejarah setiap orang ‘hanyalah soal urutan’ mengalami peristiwa yang dia pilih,dari alternative peristiwa berjumlah tak berhingga yang terhampar di kanvas alam semesta.
Bagaimana hubungannya dengan Tuhan Sang Penguasa segala peristiwa?!.
Menurut Teori holografi,bahwa seluruh peristiwa di alam semesta ini sebenarnya adalah pancaran holografik dari eksistensi Tuhan. Bukan hanya pada variable materi sebagai pembentuk sosok,dan variable energi sebagai penggerak peristiwa. Melainkan,‘kanvas’ ruang dan waktu pun adalah proyeksi dari eksistensi-Nya.
Demikian juga variable informasi yang memicu terjadinya peristiwa. Semua itu adalah proyeksi diri-Nya.
Allah .swt menggambarkan bahwa seluruh peristiwa memang sudah tersedia dalam bentuk file di kitab induk yang disebut sebagai Lauh Mahfuzh. Tak ada satu peristiwa pun yang tidak termaktub di pusat data alam semesta itu. Dimana data-data inilah yang kemudian diproyeksikan secara holografik ke kanvas ruang-waktu untuk menjadi peristiwa. Data-data di Lauh Mahfuzh itu sendiri merupakan ‘proyeksi’ yang mewakili sifat-sifat dan eksistensi-Nya.
QS. Al An’aam (6): 59
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya. Dan tidak jatuh sebutir biji pun di dalam kegelapan bumi,dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
Kitab induk data alam semesta inilah yang menjadi ‘master film’ hologram yang di putar di layar ruang dan waktu. Bahkan,sebenarnya ruang-waktu itu sendiri pun merupakan hasil proyeksi holografik. Dengan kata lain,semua realitas ini semu belaka. Bagaikan bayang-bayang tiga dimensi dari foto hologram yang sebenarnya merupakan efek holografik yang ditembakkan di lembaran kertas foto yang dua dimensi.
Sama dengan realitas kehidupan ini,dimana kanvas alam semesta yang kosong ‘ditembak’ dengan pancaran ‘sinar ilahiah’ melewati ‘master film’ holografik berupa kitab peristiwa Lauh Mahfuzh. Hasilnya adalah efek hologram di kanvas ‘ketiadaan’ yang menghasilkan variable ruang-waktu-materi-energi-informasi. Kombinasi simultan dari berbagai variable itulah yang membentuk berbagai peristiwa sebagai sejarah personal maupun kolektif.
Semua itu tampak nyata,karena Allah menciptakan perangkat ‘kamera dan monitor’ yang sangat canggih berupa panca indera dan otak. Sistem saraf yang dikomandoi otak inilah sebenarnya yang membuat segala efek hologram itu menjadi tampak nyata. Bisa dipahami secara berurutan di dalam ruang dan waktu,serta terlihat berinteraksi secara material dan energial.
Segala kehendak ini tak lain hanyalah kehendak Dzat Penguasa Jagat Semesta,Yang Maha Berkehendak dan Maha Bijaksana. Sedangkan kehendak manusia, hanyalah proyeksi holografik dari kehendak Allah yang derajatnya sangat parsial bergantung pada sudut pandang kita dalam melihatnya. Persis gambar-gambar semu hologram yang bisa berubah-ubah ketika dilihat dari sisi yang berbeda..!
QS. Al Maa-idah (5): 17.
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. Al Baqarah (2): 117.
Allah Pencipta langit dan bumi,dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu,maka Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia.
QS. Al Hajj (22): 70.
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.